Pelantikan Pengurus AGSI Malut dan Seminar Revolusi Pembelajaran Sejarah

Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Maluku Utara melaksankan pelantikan dan seminar dengan tema: “Revolusi Pembelaaran Sejarah” di Muara Hotel. Kegiatan AGSI Maluku Utara melibatkan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRO) Pendidikan Sejarah dalam kepanetiaan. Kegiatan pelantikan di hadiri oleh Pimpinan Pusat Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Dr. Sumardiyansyah Perdana Kusuma, M.Pd. Dalam pelantikan ketua AGSI Maluku Utara, Hi. Amirudin S. Radjilun, S.Pd dan dilanjutkan dengan seminar.

Pembentukan pengurus AGSI  di Maluku Utara baru dibentuk pada tanggal 23/08/19 pukul 08.30 WIT. Tujuan dari pembentukan AGSI Maluku Utara dan seminar: “Revolusi Pembelajaran Sejarah”adalah, pertama, agar berbagai aspirasi penggiat, komunitas, guru dan dosen di Maluku Utara bisa terkonfirmasi melalui AGSI pusat, kedua memperkokoh tali persaudaraan penggiat, komunitas, guru dan dosen sejarah di Indonesia, ketiga memperkuat nilai-nilai historis melalui kumpulan penggiat, kumunitas, guru dan dosen di Indonesia, keempat menjaga nilai-nilai historis daerah untuk keberlangsungan sejarah nasional.

Dalam seminar ini dihadiri oleh Guru Sejarah tingkat sekolah menengah se-Provinsi Maluku Utara, dosen, dan mahasiswa sejarah Maluku Utara. Adapun hasil seminar ini membahas beberapa isu-isu kedepan yang menjadi peluang maupun tantangan bagi penggiat, komunitas, guru dan dosen sejarah se-Indonesia. Semisalnya, pemanfaatan benda sejarah dalam pembelajaran sejarah di sekolah dan kampus. Di era modern tentunya yang dibutuhkan adalah kebaharuan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran sejarah. Disisi lain, memudahkan namun pada sisi tertentu peluang untuk merusak nilai-nilai sejarah tidak bisa terelahkan. Selain itu, gagasan tentang pelestarian Benda Cagar Budaya sebagai situs sejarah harus dikuatkan dengan kesadaran kritis para penggiat sejarah, komunitas, guru dan dosen sejarah untuk masyarakat sekitarnya.

Sejarah bukan hanya soal ingat melainkan terkait bukti, tempat dan waktu. Oleh karena itu sejarah harus di lihat sebagai pewarisan nilai-nilai leluhur kepada generasi bangsa saat ini. Disini menjaga situs sejarah merupakan tanggung jawab besar bagi generasi mudah dan khususunya kepada para penggiat dan komunitas di Indonesia. Prinsipnya adalah media dan model pembelajaran bisa berubah, namun bukti sejarah tidak bisa dirubah atau direkayasa. Maka guru sejarah, para penggiat dan dosen sejarah menjadi tumpuan dalam Revolusi Pembelajaran Sejarah. ..(*).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *